Rumahbali.id, Bali – Investasi properti di Bali memberikan prospek yang sangat menguntungkan. Selain lokasinya yang sangat prestisius sebagi destinasi wisata andalan Republik Indonesia, Provinsi Bali juga memiliki beragam keunggulan lain yang mampu mendorong tingginya tingkat Return of Investment (ROI) Properti.
Faktor utama pendorong tingginya keuntungan prospek investasi properti di Bali adalah akses yang sangat mudah. Infrastruktur transportasi yang maju memberikan akses yang sangat mudah ke berbagai lokasi wisata andalan di Pulau Bali. Kemajuan infrastruktur ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para developer dan investor properti untuk menanamkan modalnya di Provinsi Bali.
Kondisi pasar properti Bali yang terus tumbuh postif menjadi indikasi kuat bahwa prospek investasi properti di Pulau ini sangat menjanjikan. Selama 10 tahun terakhir nilai properti di Bali selalu tumbuh postif seiring dengan permintaan properti yang terus tumbuh. Maka tidak heran banyak developer properti yang berlomba membuka proyek-proyek andalan mereka di pulau ini. Berbagai proyek properti seperti Beachwalk Residence, Damara Village, Ciputra Beach Resort, Royal Aditya Residence dan Suga Living diluncurkan di Bali dengan berbagai konsep yang menarik.
Namun untuk melihat secara menyeluruh prospek investasi properti, kita terlebih dahulu harus melihat kondisi pasar properti di Provinsi Bali dan perkembangannya dalam beberapa tahun terakhir.
Kondisi Pasar Properti di Bali
Pada saat ini baik developer maupun investor properti masih memfokuskan perhatian mereka pada berbagai kawasan strategis di Pulau Bali seperti Kota Denpasar, Nusa Dua Bali, Jimbaran, Canggu, dan Seminyak. Hal ini tidak terlalu mengherankan karena selama 10 tahun terakhir perkembangan infrastruktur kawasan ini berkembang sangat pesat.
Saat ini saja rencana pembangunan berbagai infrastruktur di Bali telah dicanangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Mulai dari rencana pembangunan Light Railway Transit (LRT), rencana pembangunan 5 ruas Jalan Tol Baru untuk menyambungkan Tol Trans Jawa di ujung timur pulau Jawa dengan Bali.
Dilihat dari sisi harga lahan-pun kawasan ini memiliki nilai yang cukup tinggi dengan pertumbuhan harga yang cukup signifikan. Di Seminyak misalnya harga lahan di kawasan permukiman rata-rata berkisar di angka Rp4 juta/m2. Sementara Jimbaran dan Ungasan sekitar Rp5juta/m2. Lain lagi, di wilayah yang lebih ternama seperti Nusa Dua mencapai Rp20 juta/m2, mengikuti wilayah Renon yang harga lahannya jauh lebih tinggi. Dan ini, baru dari sisi harga lahan saja.
Dari segi jenis properti yang ditawarkan, pasar properti Bali cenderung lebih variatif dibandingkan dengan kawasan lainnya. Mulai dari properti sektor hunian seperti rumah tapak, condominium, villa, hingga Apartemen dapat diemukan dengan mudah. Selain itu, properti seperti perkantoran, ritel dan pusat perbelanjaanpun sangat beragam. Selain itu, properti di sektor perhotelan dan resort juga sangat marak di Bali. Keberagaman jenis properti ini juga menjadi salah satu daya tarik bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di provinsi ini.
Dari segi kondisi pasar-pun, pasar properti Bali menunjukan daya tahan yang sangat luar biasa. Jika dilihat dari tahun 2019, pasar properti menunjukkan sentimen yang menjanjikan, ditunjukan dengan indikator pasar yang sebagian besar pergerakannya positif baik pada sektor properti komersial maupun residensial. Sentimen positif ini terus berlanjut hingga awal 2020, sebelum kasus Covid-19 pertama kali merebak di Indonesia pada awal Maret 2020
Bahkan pada awal penyebaran COVID-19, kinerja pasar properti komersial dan residensial tetap kondusif dimana berbagai strategi diterapkan pada sektor properti untuk tetap menjaga kinerja pasar. Survei Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat harga properti residensial di pasar primer pada triwulan I-2020 menunjukkan peningkatan. Perkembangan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan I-2020 tumbuh 0,22 persen (yoy), sedangkan pada triwulan IV-2019 sebesar 0,16 persen. Dibandingkan dengan data nasional yang sebesar 1,68 persen (yoy) pada triwulan I-2020, Bali mencatat harga properti residensial primernya tumbuh sebesar 0,22 persen juga masih lebih baik.
Namun, sejalan dengan penyebaran COVID-19 yang signifikan di beberapa kota besar, termasuk Jakarta sebagai epicentrum penyebaran di Indonesia, maka kinerja pasar properti pada akhirnya terpengaruh. Tingkat penyerapan, occupancy rate, dan jumlah permintaan sebagian besar sektor properti mengalami penurunan secara bertahap. Apalagi melihat basis ekonomi Bali yang 78% bertumpu pada sektor Pariwisata. Jika sektor ini lumpuh, maka imbasnya akan terasa pada sektor lain seperti Properti.
Salah satu pasar properti yang langsung terdampak dengan berhentinya aktivitas pariwisata adalah pasar ritel dan hotel. Penurunan tingkat okupansi hotel di Bali saat ini bisa dikatakan sudah melebihi penurunan yang pernah terjadi selama ini. Namun kondisi insidental ini bukan menjadi patokan kinerja pasar properti di Bali. Harapan dan optimisme tumbuh kembalinya pasar properti pasca pandemi menjadi salah satu pendorong yang mampu mempertahankan kondisi pasar yang tetap tumbuh positif. Hal ini terlihat dari fundamental ekonomi secara nasional yang berada dalam kondisi cukup baik. Hal ini diperkuat lewat kajian Lembaga riset dan kajian independen Brain Society (BS) Center memproyeksikan ekonomi Indonesia pada tahun depan dapat tumbuh pada level 2,41 persen.
Pasar Properti Bali di Tahun 2021
Melihat kondisi pasar properti di Bali sepanjang tahun 2020 mengalami pelambatan sebagai akibat dari Pandemi COVID-19, vaksin COVID-19 menjadi harapan saat ini untuk dapat memberikan optimisme membaiknya pasar perumahan. Dengan uji klinis vaksin saat ini relatif sudah cukup efektif meskipun diperkirakan beberapa ahli masih akan disempurnakan ke depan.
Optimisme yang timbul dari didistribusikannya Vaksin ditambah dengan prediksi ASEAN Development Bank yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mendekati 5 persen di tahun 2021 akan menjadi dasar pemulihan kondisi pasar properti secara nasional. Prediksi ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai menguat di kuartal ke-II dan III tahun 2020. Selain itu, Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Totok Lusida mengatakan, sektor properti akan kembali bergairah pada 2021. Sinyalemen itu seiring dengan optimisme pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi berkisar 4-5% pada tahun depan.
Apalagi saat ini pasar properti hunian masih sangat diminati oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan semakin populernya perumahan yang memiliki keunggulan di bidang konektivitas dan infrasturktur transportasi. Konektivitas dan harga masih menjadi daya tarik utama pasar properti di tahun 2021 mendatang. Jarak hunian dengan pusat kota tidak lagi menjadi pertimbangan utama selama perjalanannya mudah ditempuh dan bebas macet. Itu sebabnya, kawasan-kawasan di sekitar kawasan hunian terpadu (planned community), jalan tol baru, dan jalur transportasi massal masih menjadi incaran konsumen.
Pengembang properti di Bali sebetulnya mampu memanfaatkan kesempatan ini mengingat fokus pemerintah untuk menjadikan infrastruktur sebagai ujung tombak perekonomian nasional masih akan terlihat di tahun 2021 dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 413,8 triliun. Anggaran ini naik sebesar 47,2 persen dari anggaran tahun 2020 sebesar Rp 281,1 triliun, setelah mengalami penyesuaian terkait situasi pandemi. Besaran anggaran infrastruktur pada 2021 ini mencapai 24 persen dari total APBN 2021 dimana pembangunan infrastruktur ini ditujukan untuk pemulihan ekonomi, penyediaan layanan dasar, serta peningkatan konektivitas.
Infrastruktur baru yang akan dibangun di Bali salah satunya adalah adalah Tol Gilimanuk-Mengwi 95 km, yang merupakan ruas tol kedua di Bali, setelah Tol Bali Mandara di selatan Bali. Kemudian ada pembangunan pelabuhan segitiga emas yakni Sanur (di pantai matahari terbit) - Nusa Penida (Sampalan) - Nusa Lembongan (pelabuhan bias muncul) dengan anggaran Rp 450 milyar dan pembangunan kawasan suci pura Besakih.
Melihat kondisi pasar properti di Bali yang akan turut bergerak postif seiring pertumbuhan fundamental ekonomi Indonesia, maka investasi properti di Bali masih memiliki daya tarik yang besar. Apalagi jika Anda melihat keunggulan investasi properti di Bali seperti di bawah ini.
Keunggulan Investasi Properti di Bali
Dibandingkan dengan kawasan investasi properti lainnya, investasi properti di Bali memiliki beragam keunggulan tersendiri. Fakta bahwa Bali masih menjadi destinasi wisata favorit wisatawan domestik dan luar negeri masih menjadi daya tarik utama bagi investor untuk memulai investasi di Provinsi Bali. Tingginya jumlah pendatang dari turis asing maupun lokal menjadi faktor utama yang mendorong denyut properti di Bali. Turis dari Tiongkok tercatat mendominasi profil pengunjung yang datang ke Bali. Namun, apa saja keunggulan investasi properti di Bali? Simak selengkapnya di sini.
Infrastruktur yang Sudah Maju
Bagi beberapa wilayah yang menjadi lokasi favorit investasi Properti di Bali seperti kawasan Denpasar, Jimbaran, Seminyak, dan Nusa Dua Bali infrastruktur pendukung sepeti Jalan Tol, Akses ke Bandara dan Pelabuhan serta akses menuju tempat-tempat wisata telah terintegrasi dengan sempurna. Adanya Tol Mandara yang mampu memotong jarak tempuh antara berbagai lokasi ini menjadi faktor yang mendorong tingginya nilai investasi properti di kawasan ini.
Tidak hanya itu saja, pembangunan infrastruktur di masa depan yang akan menjangkau wilayah-wilayah lainnya di Pulau Bali terutama di bagian barat Provinsi Bali akan menghadirkan sentra-sentra pariwisata baru. Akses yang mudah dan infrastruktur transportasi yang baik menhadirkan kemudahan bagi para wisatawan untuk mengakses berbagai macam jenis properti yang ditawarkan seperti penyewaan rumah, hotel, pusat perbelanjaan, dan resort. Selain itu, proyek-proyek strategis seperti Bali Maritim Tourism Hub oleh PT Pelindo III, pengembangan bandara I Gusti Ngurah Rai, pembangunan hotel-hotel di kawasan pariwisata Badung, serta proyek irigasi oleh Kementerian PUPR diharapkan juga dapat meningkatkan pertumbuhan investasi.
Potensi Penyewaan Properti yang Tinggi
Sebelum terjadi Pandemi COVID-19, jumlah wisatawan yang datang ke Pulau Bali menyentuh angka 6,5 juta setiap tahunnya. Artinya setiap Bulan Pulau Bali dikunjungi tidak kurang oleh 70.000 orang wisatawan. Hal ini membuka peluang sangat besar pada sektor penyewaan hunian baik di untuk hunian rumah tapak, villa, kondominium, apartemen dan hotel. Apalagi jika Anda memiliki properti di sejumlah lokasi yang banyak dikunjungi wisatawan seperti Denpasar, Jimbaran, Kuta, Canggu, Sanur, Seminyak dan Ubud. Potensi penyewaan properti yang begitu tinggi ini mampu mendatangkan passive income yang konsisten dari investasi properti yang Anda miliki.
Akan tetapi potensi sewa yang tinggi ini akan dapat dirasakan secara lebih maksimal jika Anda juga mampu melakukan maintenance properti dengan baik. Perlu diingat bahwa volume penyewaan yang sangat tinggi membawa resiko tersendiri bagi properti. Sebagai contoh resiko kerusakan akibat penyewa yang kurang telate, resiko pencurian, dan berbagai resiko lain. Oleh karena itu, potensi penyewaan yang sangat tinggi ini harus diimbangi dengan keterampilan Anda dalam melakukan maintenance.
Tingkat Kenaikan Harga Properti Bali yang Tinggi
Selain prospek dari tingkat penyewaan properti yang tinggi, investasi properti di Bali juga diuntungkan dengan pertumbuhan harga yang signifikan. Pada triwulan I-2020 data nasional menunjukan pertumbuhan harga properti sebesar 1,68 persen (yoy), sementara Bali mencatat harga properti residensial primernya tumbuh sebesar 0,22 persen. Hal ini merupakan pertumbuhan yang cukup baik dibandingkan dengan kawasan lainnya di seluruh Indonesia. Selain itu, kinerja penjualan properti residensial primer juga masih cukup baik yakni masih menunjukkan peningkatan dari penjualan triwulan IV-2019, dengan peningkatan penjualan untuk tipe besar. Metode penjualan mayoritas memanfaatkan fasilitas KPR (sekitar 50 persen).
Hal tersebut berarti harga properti yang Anda beli pada hari ini akan terus tumbuh pada tahun-tahu berikutnya mengikuti besaran kenaikan harga nasional. Perlu diingat bahwa kenaikan harga properti di Bali masih lebih baik dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga keuntungan investasi properti di Bali yang dihasilkan dari selisih harga beli dan harga jual kembali dapat diperoleh lebih baik dibandingkan jika Anda melakukan investasi di kawasan lainnya.
Potensi Investasi Properti yang Variatif.
Selain dikenal sebagai tempat wisata primadona, Bali dikenal pula sebagai tempat berbelanja yang asik. Ada berbagai macam tempat dan jenis barang yang dapat anda dapatkan di Bali, seperti toko Khrisna yang menyediakan suvenir dan oleh-oleh khas Bali. Hal inilah yang menjadi keunggulan investasi properti di Bali. Fakta bahwa Bali merupakan destinasi wisata yang mendunia membuka berbagai macam peluang yang bisa Anda manfaatkan. Tidak hanya pada sektor penyewaan hunian, sektor lain pun mendapatkan keuntungan dari ramainya wisatawan yang datang ke Bali. Sebagai contoh pada prospek penyewaan properti untuk kios dan ruko, banyak sekali jenis usaha yang bisa dilakukan. Hal ini tentu menjadikan prospek penyewaan kios dan ruko di Bali begitu tinggi. Apalagi dengan tingginya peluang mendapatkan keuntungan dari selisih mata uang yang dibawa oleh wisatawan asing.
Karena tingkat kunjungan wisatawan yang tinggi, tak heran banyak berdiri sejumlah hotel dan resor berskala internasional yang sering menjadi rujukan tempat berlibur bagi kalangan menengah. Keberadaan resor-resor ini juga memberikan potensi yang sangat tinggi bagi investor properti tertutama di bidang ritel dan perbelanjaan. Tentu saja kebutuhan wasatawan akan didapatkan dari berbagai toko, kios, ruko dan pusat perbelanjaan yang berada di sekitar resor. Oleh karena berbagai peluang investasi properti di Bali sangat menjanjikan apalagi jika Anda menginginkan penghasilan yang maksimal dari investasi properti yang Anda lakukan. (ADR)